SEJARAH DAN PEMIKIRAN NEO MARXISME



 Oleh :
Mutiara Rahmadini Setya Lestari
FISIP BRAWIJAYA - ILMU KOMUNIKASI (PUBLIC RELATIONS)

A.    Sejarah Populernya Neo Marxisme di Barat
Pada tahun 1960-an Eropa Barat mulai timbul perhatian terhadap tulisan-tulisan Marx atau sering disebut sebagai Marxisme. Perhatian ini justru populer pada saat itu, karena pada waktu sebelumnya kondisi negara Barat dinilai kurang menguntungkan untuk mengkaji lebih dalam tulisan Marx. Tafsiran Lenin dengan pemikiran Marx mengenai Stalin yang pada saat itu berkuasa (1924-1953) akhirnya dibakukan dan dinamakan Marxisme Leninisme atau Komunisme. (Budiarjo, 2008). Sehingga doktrin ini menjadi dominan karena berhasil mendirikan sebuah tatanan ekonomi dan sosial yang baru di Uni Soviet. Dominasi ini berakibat pengakuan sebagai fakta oleh orang Barat yang menamai dirinya sebagai penganut Marxisme. Padahal, Neo Marxisme tidak menyebutkan bahwa tafsiran Lenin dan Stalin merupakan pemikiran yang paling layak. Namun, sebagian orang Barat menolak pemikiran komunisme akibat teror yang dilakukan Stalin kepada musuhnya di Uni Soviet.
            Setelah Perang Dunia II usai, timbulah perasaan anti komunis dan anti Uni Soviet yang kemudian dinamakan perang dingin. Apalagi pada saat Amerika menerima McCarren Act, sehingga setiap pemikiran yang berbeda dengan pemikiran pada umumnya akan dicurigai dan dianggap subversif. Sehingga banyak pemuka masyarakat dan para cendekiawan yang memiliki pemikiran berbeda dengan pemikiran pada umumnya dipecat, dikucilkan bahkan dipenjarakan. Namun pada 1960, Eropa dan Amerika dilanda berbagai konflik sosial, ekonomi dan rasial. Sehingga para cendekiawan mencari jalan keluar untuk menyelesaikan konflik dengan menolak kapitalisme karena terdapat kesenjangan sosial dan ekonomi didalamnya, juga menolak komunisme dengan represi dan konformitasnya. Sehingga para cendekiawan tersebut memfokuskan dirinya pada tulisan-tulisn Marx, terutama tulisan Marx pada saat muda yang baru diterbitkan tahun 1932.
            Populernya tulisan Marx ini bersamaan dengan kejadian yang terjadi di berbagai dunia, seperti perubahan komunis internasional sesudah Stalin meninggal, munculnya RRC sebagai penantang dominasi Uni Soviet dalam dunia komunis, terjadinya proses dekolonisasi di belahan dunia yang selama ini dijajah dan muncul berbagai gerakan sosial seperti gerakan perempuan, lingkungan, mahasiswa dan anti-rasialisme. Sejak banyak peristiwa-peristiwa tersebut mulailah suatu periode Marxisme menjadi bagian dari kurikulum perguruan tinggi. Namun, perhatian pemikiran Marxisme tidak sebatas hanya lingkungan kampus, melainkan juga terseba di luar kampus. Hal ini disebabkan karena bentuk kekecewaan para cendekiawan mengenai keadaan sosial, ekonomi dan rasial di sekililingnya.

B.     Inti Pemikiran Neo Marxisme
Neo Marxisme berangkat dari pemikiran marxis, salah satu kajian yang populer di abad ke-20. Ide ini berasal dari pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engels yang dituangkan dalam tulisan pada abad ke-19. Pemikiran pergerakan marxis terdiri atas teori bebas yang menentang aturan masyarakat dominan. Pemikiran Marx meyakini bahwa masyarakat adalah sarana produksi yang menentukan struktur dari masyarakat itu. Struktur tersebut memiliki hubungan superstruktur dasar atau base superstructure yang memberikan ide bahwa ekonomi adalah dasar dari semua struktur sosial. (Littlejohn, 2014).Tujuan dari pemikiran Marx ini adalah revolusi bagi para pekerja agar mereka sadar terhadap keadaan mereka. Teori-teori Marxis cenderung melihat kenyataan sebagai dasar untuk sebuah perjuangan di antara minat dengan satu ideologi yang mendominasi lainnya. (Littlejohn, 2014). Terdapat 2 unsur pemikiran Marx yang dinilai menarik yaitu yang pertama, ramalan mengenai runtuhnya kapitalisme dan yang kedua, etika humanis yang meyakini bahwa manusia pada hakikatnya adalah baik, dan dalam keadaan tertentu yang menguntungkan akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas, menghina dan menyesatkan. (Budiarjo, 2008).

Dalam Marxisme klasik, sebuah ideologi adalah sekumpulan ide-ide keliru yang diabadikan oleh kekuatan politik dominan. (Littlejohn, 2014). Marxis klasik beranggapan bahwa ilmu harus digunakan untuk menguak kebenaran dan digunakan untuk mengatasi kesadaran yang salah mengenai ideologi. Sehingga para marxis saat ini sering menamakan dirinya Neo-Marxis untuk membedakan mereka dari orang Marxis klasik yang lebih dekat dengan komunisme. (Budiarjo, 2008). Kalangan Neo Marxis menekankan pada permasalahn politik dan ekonomi, sedangkan Marxisme klasik cenderung untuk menekankan determinasi ekonomi atau segalanya ditentukan oleh faktor ekonomi. Saat ini, kalangan Neo Marxis mencanangkan keunggulan dari basis ekonomi, yang artinya ekonomi merupakan hal yang penting dalam poltik, namun politik tidak secara keseluruhan ditentukan ekonomi. Pemikir marxis saat ini cenderung menegaskan bahwa tidak ada ideologi yang dominan satu pun. Kebanyakan pemikir marxis saat ini menolak ide bahwa sebuah elemen terisolasi dalam sistem sosial. (Littlejohn, 2014). Kelompok Neo Marxis digambarkan sebagai kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari cendekiawan yang mendapat inspirasi dari tulisan Karl Marx (Budiarjo, 2008).  Sebagian besar, kalangan Neo Marxis merupakan seorang cendekiawan yang berasal dari kalangan borjuis. Sarjana Neo Marxis adalah mereka yang meyakini sebagian pandangan Marx mengenai kapitalis dan sejarah dan memakai metode analisisnya, menurut Ollman dalam (Budiarjo, 2008). Para Neo-Marxis ini di satu pihak menolak komunisme dari Uni Soviet karena sifatnya yang represif. Namun disisi lain juga tidak setuju dengan masyarakat kapitalis yang menjadi kondisi negara mereka. Para Neo Marxis juga kecewa terhadap kalangan sosial-demokrat, karena mereka dianggap gagal menghapuskan kesenjangan-kesenjangan sosial yang terjadi dalam masyarakat Eropa saat itu. Meskipun kalangan sosial-demokrat berhasil melaksanakan konsep keadilan sosial untuk warganya dan Negara Kesejahteraan (Welfare State) (Budiarjo, 2008).
Fokus analisis Neo Marxis adalah kekuasaan serta konflik yang terjadi dalam negara. (Budiarjo, 2008). Neo Marxis menentang analisis struktural-fungsional karena terlalu mengutamakan harmoni dan keseimbangan sosial dalam sistem politik. Konflik antarkelas menjadi proses dialektis yang penting bagi Neo Marxis. Hal ini dikarenakan dapat mendorong perkembangan masyarakat dan segala gejala politik yang harus dilihat dalam konflik antarkelas. Neo Marxis dalam kegiatannya yaitu memperjuangkan suatu perkembangan yang bersifat revolusioner serta multi linear. Hal ini bertujuan untuk menghapus ketidakadilan dan membentuk tatanan masyarakat yang dinilai memenuhi kepentingan seluruh masyarakat, tidak hanya satu golongan saja.
Salah satu kelemahan pada golongan yang beraliran Neo Marxisme adalah bahwa mereka mempelajari Marx dalam keadaan dunia yang sudah berubah dan pada saat Marx dan Engels sudah meninggal. Sehingga kedua tokoh ini tidak mengalami bagaimana pemikiran mereka dijabarkan dan ditafsirkan oleh Lenin. Selain itu, karya Marx dan Engels sering ditulis dalam keadaan terdesak sehingga tidak tersusun secara sistematis, bersifat fragmentaris dan terpisah-pisah. Karena bersifat fragmentaris dan hanya merupakan bagian uraian-uraian saja, maka tafsiran dari pemikiran Marx dan Engels kadang bertentangan satu sama lain.

SUMBER

Budiarjo, M. (2008). Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Littlejohn, S. W. (2014). Teori komunikasi (Theories human communication). Jakarta: Salemba Humanika.




Opmerkings

Gewilde plasings van hierdie blog

TEORI EXCELLENCE DALAM PUBLIC RELATIONS (Studi kasus dalam penanganan krisis perusahaan PT Garuda Indonesia pasca peristiwa kecelakaan pesawaat Boeing 737-400 GA-200 di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta)

Review Jurnal Developing a Culturally-Relevant Public Relations Theory for Indonesia (Rachmat Kriyantono & Bernard Mackenna)