Review Jurnal Developing a Culturally-Relevant Public Relations Theory for Indonesia (Rachmat Kriyantono & Bernard Mackenna)
Disusun
Oleh :
Mutiara
Rahmadini Setya Lestari (155120207111017)
FISIP
Brawijaya – Ilmu Komunikasi (Public Relations)
Praktek
public relations diperkiran telah ada sama halnya dengan adanya peradaban
manusia, karena public relations merupakan kebutuhan untuk meyakinkan orang.
Public relation merupakan cabang ilmu dari studi komunikasi. Komunikasi sendiri
menurut (Dissanayake, 2003) merupakan “lifebold of society” atau bagian inti
dari masyarakat. Sehingga beberapa praktisi public relations saat ini
menggunakan strategi persuasi yang telah digunakan manusia ketika sebelum
adanya teori-teori public relations. Public relations merupakan sebuah ilmu
yang di dalamnya tidak hanya mempelajarai teori-teori, tetapi juga mempelajari
praktik public relations yang berhubungan dengan teori yang ada. Kajian
mengenai public relations telah diadaptasi dari berbagai teori melalui disiplin
ilmu lainnya. Seperti relationship manajemen, komunikasi manajemen yang
keduanya menurut pendapat Everett dalam (Mckenna, 2017) adalah paradigma ekologikal. Selain itu
juga diadaptasi dari komunikasi korporat, public affairs dan konteks organisasi
modernis. Pembangunan teori public relation ini merupakan hasil dari penelitian
dari para akademisi dan praktisi. Beberapa literatur yang dikutip dari (Mckenna, 2017), seperti Botan &
Hazelton, Greenwood & Grunig berpendapat bahwa public relations merupakan
ilmu sosial yang multi disiplin. Kebutuhan public relations tidak hanya menjadi
sebuah profesi, melainkan menjadi sebuah “Ilmu Public Relation”. Public
relation tidak hanya berpaku pada praktik ataupun aplikasi kegiatan, melainkan
juga pertimbangan mengenai fungsi public relations dan tema edukasi serta
pembangunan teori.
Public
relations sebagai penggunaan dari studi komunikasi, telah dibangun dengan
menggunakan teori-teori peradaban United States dan sebagian kecil dari Eropa
yang dominan. Dalam penelitian Dissanayake (1998) di Asia Tenggara menjelaskan
bahwa 71 persen material yang digunakan akademisi untuk menyampaikan materi
teori komunikasi berkiblat pada teori yang berasal dari United State.
Dissanayake juga menemukan presentase yang tinggi, yaitu 78 persen pada
penelitian di Asia Selatan. Terlebih lagi, tidak ada ilmuwan Asia yang masuk
dalam list Roger, ketika beliau menulis buku History of Communication Study. Dalam buku tersebut hanya berisi
tentang teori-teori yang berasal dari US dan Eropa. Sehingga akhirnya, teori
perspektif western telah digunakan secara global sebagai norma universal untuk
perkembangan aktivitas komunikasi dalam dekade ini, menurut Ayish dalam (Mckenna, 2017). Padahal, kita
membutuhkan studi komunikasi yang original dari perspektif Asia. Studi
komunikasi original dari Asia dianggap penting karena setiap negara memiliki
budaya komunikasi yang berbeda pula. Meskipun dalam 10 terakhir ini terdapat
banyak artikel yang menjelaskan mengenai public relation dalam budaya Asia,
namun masih sedikit praktisi di berbagai wilayah negara yang menggunakan
fakta-fakta empiris mengenai praktik public relations yang original dari kajian
Asia. Terdapat 27 teori public relations baik original maupun teori yang
diambil dari teori ilmu lain, namun tidak ada satupun teori yang menggunakan
perspektif Eastern ataupun Indonesia.
Teori
public relations yang didominasi oleh western, kini dianggap menjadi teori yang
bersifat universal. Menurut Kriyantono (2014), teori public relations tidak
secara otomatis berlaku universal. Kriyantono mengungkapkan hal ini dengan
alasan :
“Setiap
ilmu, termasuk teori di dalamnya memiliki objek formal yang merupakan telaah
khas dari masing-masing ilmu itu. Selain membedakan bahasan dengan ilmu
lainnya, telaah khas ini bermakna kebenaran telaah tersebut sangat dipengaruhi
norma-norma dan ukuran masyarakat itu. Dengan demikian, setiap filsafat ilmu
akan memperlihatkan filsafat masyarakat tempat ilmu itu mengabdi. Teori yang
sama akan berbeda aplikasinya dalam sistem masyarakat yang berbeda” (Kriyantono, 2014)
Teori
komunikasi Asia diambil dari cerita rakyat, risalah klasik dan model komunikasi
tradisional lainnya serta kebiasaan dari negara-negara di Asia. (Mckenna, 2017;
Dissanayake,1998). Negara-negara di Asia memiliki peradaban yang baik dan tidak
mungkin peradaban tersebut akan bangkit tanpa sistem komunikasi yang canggih.
Hal ini disebabkan karena komunikasi merupakan inti dari budaya, tanpa budaya
yang melekat maka semua akan mati. Teori Asia di dalamnya terdapat
filosofi-filosofi yang diadaptasi dari India, Cina dan budaya diantara
keduanya. Termasuk Asia timur tengah, Asia tengah, Asia tenggara dan Rusia
Timur. Meskipun Indonesia merupakan bagian dari Asia, tetapi tidak ada satupun
teori yang mengarah pada perspektif Indonesia dalam penelitian Dissayanake.
Ilmuwan barat memprediksi bahwa sangat sulit untuk memeperoleh pendekatan
Indonesia tentang fenomena komunikasi dalam konteks Indonesia termasuk public
relations. Pencampuran masalah ini, tidak banyak ilmuan Indonesia yang menggali
lebih dalam local wisdom sebagai dasar untuk membangun teori komunikasi yang
relevan dengan konteks Indonesia. Perspektif non western sebenarnya dapat
menghasilkan pengertian teori yang lebih komprehensif dan lebih baik pada
disiplin ilmu public relation. Pembangunan teoritis public relations harus
dapat mendefinisikan public relation secara luas untuk menggambarkan susunan
aplikasi yang aktual dan konteks budaya yang tidak hanya mengistimewakan
perspektif Western. Misalnya, dalam prinsip dasar public relations dalam
Western yaitu “tell the truth”. Hal ini akan berbeda di Indonesia yang memiliki
high context culture. Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan perspektif Western lebih mendominasi studi di
Asia khususnya Indonesia :
a. Adanya
faktor keterlambatan pada masyarakat pribumi Indonesia tentang pentingnya
pendidikan akibat adanya penjajahan selama 350 tahun.
b. Adanya
sistem politik yang otoriter dibawah kemimpinan rezim Presiden Soekarno (Orde
lama) dan Presiden Soeharto (Orde Baru) yang menahan masyarakat untuk bebas
dalam menyampaikan pendapat.
c. Hanya
sedikit publikasi internasional mengenai studi public relations dari perspektif
Indonesia.
d. Bahasa
Inggris merupakan bahasa dominan dalam penelitian komunikasi.
Sehingga
dapat diketahui bahwa perspektif western telah mempengaruhi perspektif lokal
meliputi edukasi, hiburan dan teknologi komunikasi.
Kearifan
Lokal : Empiris dan Pragmatik
Kearifan
lokal merupakan pemikiran lokal dan ide yang mengandung nilai-nilai kearifan
dan kebajikan yang terinternalisasi diantara generasi yang diberikan oleh
masyarakat. (Mckenna,2017; Radmilla 2011). Kearifan lokal menjadi tradisi yang
mengarahkan kehidupan manusia karena mereka telah dikonstruksi dari integrasi
nilai dan budaya masyarakat, sistem kepercayaan dan aspek geografis. Kearifan
lokal mengajarkan untuk fokus pada kebersamaan dibandingkan dengan
individualitas. Kemudia hal itu diperlihatkan dalam beberapa aktivitas seperti slametan, arisan, yasinan atau gotong
royong. Dari pelajaran kearifan lokal ini dapat dikatakan bahwa dalam sebuah
organisai juga perlu dibangun dasar-dasar kebersamaan dan kooperasi dengan
kedekatan hubungan diantara anggota. Melalui hal ini pula dapat disimpulkan
bahwa kearifan lokal Indonesia merupakan penunjuk untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dalam masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan telah dikonstruksi
dari sistem kepercayaan, nilai-nilai budaya dan komunitas lokal. Sehingga
kearifan lokal merupakan penunjuk sebuah empirik dan pragmatik untuk
menyelesaikan masalah. Berikut merupakan bentuk kearifan lokal Indonesia
menurut Kriyantono & Mckenna yang dapat dipromosikan untuk membangun sebuah
culturally-relevant untuk teori Public relations.
1. Musyawarah
Mufakat sebagai media pengambilan keputusan bagi masyarakat Indonesia.
Kearifan lokal yang
diterapkan di Indonesia dalam komunikasi selalu engatakan komunikasi model two way symmetric . Model ini telah
dijelaskan pada teori public relations yaitu teori excellence atau teori
keunggulan. Pada teori ini dijelaskan bahwa public relation harus berpihak pada
kedu belah pihak, yaitu pada pihak manajemen dan pihak publik dengan semangat
untuk membangun persetujuan bersama. Public relations memfasilitasi penyebaran
informasi kepada publik secara terarah dan mengatakan kepada pihak manajemen
apa yang dibutuhkan oleh publik. Pada hal ini, dalam perspektif Indonesia
disebut musyawarah mufakat atau pengambilan keputusan dengan dialog.
Berdasarkan Pancasila, musyawarah mufakat merupakan strategi untuk pengambilan
keputusan selain voting. Model two way symmetric ini apabila dianalis dengan
praktik public relations, public relations tidak hanya mengejar tujuan dan
keuntungan pada organisasinya saja, tetapi juga harus memenuhi apa yang menjadi
keuntungan publik. Hal yang penting dalam model ini yaitu sebuah organisasi
harus membangun hubungan dengan publik dengan meningkatkan social care. Selain itu, dalam perspektif Indonesia, sebuah
organisasi harus menyiapkan segala kemungkinan yang terjadi meskipun
kemungkinan buruk sekalipun. Sehingga hal-hal yang buruk atau disebut juga
krisis dapat di musyawarahkan sehingga masalah tersebut dapat dihindari. Sesuai
dengan filosofi yang ada di Indonesia yaitu tapettu
maoompennge, teppolo massellomoe yang artinya public relations harus
bersikap bijaksana dan toleran dalam menghadapi maslah dan mencoba untuk
membuat solusi tanpa memberikan tekanan kepada pihak lain. Filosofi lain yaitu caina herang laukna baunang yang artinya
air akan selalu jernih ketika kita menagkap ikan. Apabila filosofi ini
dihubungkan dengan praktik public relation yaitu dalam sebuah proses
komunikasi, public relations harus mengkondisikan sebuah proses komunikasi yang
bersifat negosiasi agar kedua belah pihak mendapatkan kesamaan keuntungan.
Musyawarah mufakat atau dalam suku jawa disebut rembug merupakan ciri khas
Indonesia. Sehingga sebuah keputusan tidak diambil dari suara terbanyak,
melainkan persetujuan dari semua pihak.
2. Menjalin
hubungan yang saling menguntungkan berdasarkan sistem harmoni.
Sebagai bagian dari
sistem sosial, proses public relations harus mengarahkan organisasi untuk
mencapai keharmonisasian dalam sistem. Harmoni dalam perspektif Indonesia
dinamakan runtut raut sautunan artinya
hidup dalam keselarasan dan kedamaian bersama; rukun agawe santoso, crah agawe bubrah, guyub rukun yang artinya
jika kita hidup dalam kedamaian, kita akan hidup makmur. Harmoni dalam sebuah
sistem terjadi apabila elemen dalam sistem saling membantu dan mendukung dalam
kebersamaan. (gotong royong). Harmoni dapat dibangun melalui kegiatan yang
sederhana seperti kegiatan pertemuan, arisan dan berbagi makanan. Sehingga
public relations tidak hanya memberikan perintah, tetapi juga bersma untuk
mengerjakan misi dengan para staf. Strategi komunikasi yang sesuai dengan
perspektif Indonesia telah diaplikasikan pada filosofi Jawa yaitu silih asah, silih asih, silih asuh yang
artinya pembelajaran, cinta dan perhatian kepada orang lain. Secara umum,
penempatan strategi organisai sebagai stimulator harmoni. Aktivitas public
relations harus diarahkan untuk membangun pengetahuan, atitude yang
menyenangkan dan perhatian kepada orang lain. Silih asah berarti public relations selalu memberikan informasi dan
mengajarkan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan western perspektif yaitu publik
harus diberikan informasi, bukan sebaliknya yaitu disesatkan. Silih asih berarti cinta, artinya rasa
untuk memberikan perhatian, dan memenuhi kebutuhan orang lain. Silih asih merupakan bentuk interaksi
sosial yang berdasarkan ketuhanan dan nilai kemanusiaan. Silih asuh dapat diartikan sebagai perhatian, perlindungan,
penjagaan dan edukasi kepada orang lain. Praktik public relations harus
mensinkronisasi keinginan pada kedua belah pihak. Silih asuh merupakan manifestasi moral perintah ketuhanan untuk menjaga dan tetap
dalam jalan keTuhanan.
3. Perspektif
Indonesia dalam menyatakan prinsip (Tell
the truth).
Prinsip tell the truth merupakan dasar dari
praktik public relations untuk membangun kepercayaan. Perspektif Indonesia
mengatakan ajining diri dumunung ana ing
lathi dan ajining basa iku busananing
bangsa. Artinya adalah kerhomatan diri seseorang diukur dari apa yang ia
katakan. Melalui keterbukaan, kejujuran informasi, sebuah organisasi dapat
memenuhi kebutuhan publik mengenai informasi dan mendapatkan kepercayaan public
yang akan di stimulasi dukungan public dan perusahaan. Public relations tidak
boleh takut untuk gagal ketika mencoba
melakukan fungsinya. Kepercayaan dan kejujuran merupakan hal yang penting
sebagai pondasi kehidupan.
4.
Blusukan
sebagai
alat fasilitas komunikasi.
Teori westen dalam halo efefect dan
primacy effect memiliki kesamaan dengan kepercayaan Indonesia. Halo effect
berarti bahwa persepsi kita kepada objek atau seseorang merupakan pengaruh dari
penampilan fisik pada objek. Sedangkan primacy effect berarti bahwa persepsi
kita dipengaruhi oleh image pertama dari objek atau seseorang. Kebiasaan dari
seluruh anggota organisasi berkontribusi untuk mengkomunikasikan kepada publik
tentang citra organisasi. Apabila ada satu karyawan berbuat salah, maka seluruh
tubuh organisasi akan terkena imbasnya. Hal ini sesuai dengan filosofi dari
Indonesia yaitu anak polah bapa kepradah.
Kehidupan sebuah organisasi dipresentasikan
melalui aktivitas karyawan sehari-hari termasuk cara berpakaian,
bertindak dengan integritas dan mengadopsi sebuah etos kerja. Fungsi penting
public relations adalah menjaga moral baik dan sikap sebuah organisasi. Public
relation harus sesuai dengan filosofi ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun
karsa, tut wuri handayani. Artinya adalah ketika pr berada di posisi depan,
maka pr harus memberikan contoh yang baik, ketika pada posisi tengah maka pr
harus memberikan motivasi untuk pekerjaan yang lebih baik dan ketika berada di
belakang pr harus mendukung karyawan. Public relation harus mengetahui segala
aktivitas karyawan. Sehingga harus dilakukan blusukan sesuai dengan
perspektif Indonesia yang artinga secara tatap muka berkomunikasi terarah
dengan publik. Komunikasi blusukan sesuai
dengan konsep western yaitu managing by
walking around.
Telah jelas bahwa public relations
dalam konteks Indonesia dapat diadakan berdasarkan kearifan lokal yang ada di
Indonesia. Budaya,tradisi dan norma moral dalam sebuah negara dapat dirawat
sehingga terjadilah transformasi secara pesat dan melebihi western perspektif
yang selama ini menjadi kiblat kita.
SUMBER
Dissanayake, W.
(2003). Asian approaches to human communication. URI EDU, 17-38.
Kriyantono, R.
(2014). Teori public relations perspektif barat dan lokal. Jakarta:
Kencana.
Mckenna, R. K.
(2017). Developing a culturally-relevant public relations theory for
indonesia. Malaysian Journal of Communication, 1-16.
Opmerkings
Plaas 'n opmerking