Usaha Tidak Akan Pernah Membohongi Hasil
Guru, digugu
lan ditiru. Sepertinya, filosofi jawa ini memang benar adanya. Sebagai
contoh seorang pahlawan tanda jasa yang satu ini, Wiwik Retnowati (umur).
Wanita asal desa Wonosari Kabupaten Malang ini adalah seorang guru PNS di salah
satu SD di desa Kebobang Kabupaten Malang. Beliau merupakan sosok guru yang
mengisnpirasi saya,karena disaat karirnya menjadi guru cukup cemerlang saat
ini, ia tetap rendah hati dan tidak meninggalkan kewajibannya sebagai guru
pendidik maupun sebagai ibu rumah tangga. Tetapi siapa bilang menjadi beliau
saat ini didapatkanya dengan mudah, perlu perjalanan panjang, waktu yang tidak
sebentar dan pengorbanan yang besar. Dibalik kesuksesannya menjadi guru saat
ini, ada cerita yang mengharukan bahkan patut dicontoh untuk kita semua. Ibu
wiwik, sapaan guru yang bersenyum manis itu mengawali pendidikanya di SPG
(Sekolah Pendidikan Guru) atau setara SMA di Malang. Dalam perjalanan menimba
ilmunya, bukan hal yang mudah karena keterbatasan biaya membuat beliau sedikit
mengatur pengeluaranya seminimal mungkin karena pada saat itu Ibundanya harus
bekerja seorang diri untuk membiayai 12 orang anaknya termasuk Ibu Wiwik.
Setelah menamatkan pendidikan di Sekolah Pendidikan Guru, beliau melanjutkan
pendidikan D3 di salah satu perguruan tinggi di Malang. Lagi-lagi beliau juga
tersendat dengan masalah biaya, tetapi hal itu tidak membuat beliau patah
semangat untuk meraih cita-citanya. Setelah menjalani masa perkuliahan beliau
menjadi guru bantu di berbagai sekolah menengah sebagai guru agama kristen.
Pada saat itu bukan berarti beliau terlepas dari masa-masa sulit, karena gaji
yang diterimanya selama menjadi guru bantu tidak sebanding dengan pengabdianya.
Tetapi beliau tetap teguh pada pendirian menjalani profesinya menjadi seorang
guru walaupun kondisi guru pada saat itu cukup memprihatinkan. Beliau
menganggap bahwa tugas menjadi guru merupakan tugas yang mulia, siapa lagi yang
akan mendidik siswa, siapa lagi yang akan mencerdaskan generasi bangsa apabila
tidak ada sosok guru. Padahal, pada saat itu jarang sekali lulusan mahasiswa
yang ingin menjadi guru dan menjadi guru pun bukan merupakan hal mudah. Tetapi
beliau memiliki semangat yang berkobar dan jiwa yang teguh untuk mencerdaskan
generasi-generasi bangsa. Pada tahun 1985,
beliau menikah dengan Bapak Supendi dan dikaruniai 3 orang anak. Dengan gaji
sebagai karyawan pabrik dan guru bantu mungkin terbilang pas-pasan, pasalnya
mereka harus menghidupi ketiga anaknya. Akhirnya, Ibu Wiwik memutar otak untuk
membuat usaha kecil-kecilan dengan menjual telur asin hasil buatanya, kadang
beliau juga membuat kolak, es campur dan es buah untuk dijual di warung milik
ibunya dan hal itu dilakukan tidak lantas membuat beliau meninggalkan
kewajibannya sebagai guru. Beliau tetap melaksanakan kewajibanya menjadi guru,
bahkan beliau mengajar di berbagai sekolah menengah maupun sekolah dasar.
Tawaran untuk mengajarpun selalu diterimanya dari sekolah-sekolah yang
kekurangan tenaga pendidik walaupun hanya sebatas menjadi guru bantu dan tak
jarang gaji yang harusnya beliau terima tiap bulannya tersendat hingga
berbulan-bulan. Beliau tetap gigih dan ulet dalam mendidik siswa-siswanya
walaupun jarak rumahnya ke sekolah-sekolah tersebut cukup jauh dan memakan
biaya sedangkan gaji sebagai guru bantu tersendat pada waktu itu. Atas hasil
kerja kerasnya, beliau berhasil mengantarkan anaknya ke jenjang perguruan
tinggi. Sedikit lega rasanya, walaupun profesinya menjadi guru bantu yang pada
saat itu cukup memprihatinkan dan diremehkan, beliau berhasil mengantarkan
anak-anaknya ke jenjang sarjana. Selama bertahun-tahun mengabdi menjadi guru
bantu, akhirnya perjuangan, pengorbanan dan rasa lelahnya terbayarkan. Pada
tahun 2010 beliau diangkat menjadi PNS dan sampai saat ini beliau mengajar di
salah satu SD di desa Kebobang Kabupaten Malang. Sungguh perjalanan yang luar
biasa, aku turut terharu mendengarkan cerita perjalanan beliau. Semenjak saat
itu aku percaya bahwa setiap orang harus memiliki semangat untuk mendapatkan
sesuatu. Mungkin awalnya tidak seperti yang kita bayangkan, tidak semulus apa
yang kita inginkan tapi suatu saat nanti pasti semuanya akan menuai hasil.
Pepatah yang mengatakan “Berakit-rakit ke hulu berenang-renang kemudian,
bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian” ternyata benar adanya. Dengan
mengetahui cerita-cerita dari Ibu Wiwik aku juga harus bekerja keras, ulet dan
tekun menjalani studiku karena aku percaya kerja keras yang kita lakukan tidak
akan pernah membohongi hasil.
Opmerkings
Plaas 'n opmerking